Kota Banjar mengambil inisiatif proaktif dalam meningkatkan mutu tata kelola olahraga akuatik daerahnya. Melalui kerja sama erat dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Banjar bertekad menciptakan standar manajemen yang tinggi. Fokus utamanya adalah Menjamin Pengelolaan Organisasi yang profesional, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Langkah awal sinergi ini meliputi pelatihan manajemen keuangan dan administrasi bagi pengurus akuatik Banjar. Kemenpora memberikan workshop dan pendampingan untuk memastikan setiap dana yang dikelola digunakan secara efektif. Transparansi anggaran menjadi pilar utama tata kelola yang baru ini.
Tujuan utama dari kerjasama ini adalah Menjamin Pengelolaan Organisasi akuatik Banjar sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Organisasi yang akuntabel akan mendapatkan kepercayaan lebih dari stakeholder, baik pemerintah maupun pihak swasta. Kepercayaan ini penting untuk keberlangsungan program pembinaan.
Organisasi akuatik yang profesional di Banjar akan mampu menyusun program pembinaan atlet yang lebih terarah dan berkelanjutan. Dengan tata kelola yang baik, fokus bisa sepenuhnya dialihkan pada prestasi, bukan pada isu-isu administrasi internal.
Kemenpora juga membantu Banjar dalam penyusunan Standard Operating Procedure (SOP) untuk semua kegiatan operasional. SOP ini mencakup proses rekrutmen atlet, jadwal latihan, hingga pelaporan kinerja. Tujuannya adalah Menjamin Pengelolaan Organisasi berjalan efisien.
Penggunaan teknologi informasi juga didorong dalam rangka Menjamin Pengelolaan Organisasi akuatik yang modern. Sistem digital akan digunakan untuk pendataan atlet, pelacakan prestasi, dan komunikasi. Hal ini meminimalisir kesalahan manual dan meningkatkan efisiensi kerja.
Inisiatif Banjar ini diharapkan menjadi model percontohan bagi daerah lain di Indonesia. Sinergi yang kuat antara daerah dan Kemenpora adalah kunci untuk mengangkat derajat organisasi olahraga. Tata kelola yang baik akan berdampak langsung pada prestasi atlet.
Dengan adanya tata kelola yang profesional, potensi Banjar sebagai lumbung atlet akuatik akan lebih terasah optimal. Dana yang tersedia dapat dialokasikan lebih besar untuk kebutuhan atlet, seperti suplemen dan peralatan latihan yang memadai.